Selamat Datang

Selamat datang di blognya orang Indonesia asli. Silahkan melihat-lihat sekeliling. Semoga bermanfaat bagi hidup dan kehidupan.

Minggu, 21 November 2010

BAB II - Depok Saat Ini



Mungkin benar pernyataan bahwa “Sejalan dengan proyeksi populasi, jumlah penduduk terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup pada saat ini". (Ehrlich, Paul, R, el al, Human Ecology W.H. Freeman and Co San Fransisco)

Padatnya Depok
Sebagai salah satu warga yang bertempat tinggal dan besar di Depok, beberapa tahun belakangan, saya sangat prihatin dengan kondisi kota ini. Sebagai kota penunjang DKI Jakarta,  wajar bila laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pemukiman di Kota Depok meningkat tajam. Ini terlihat dari banyaknya perumahan yang berdiri di Kota Depok.

Kota Depok merupakan dataran landai denga rata-rata ketinggian 121 m dari permukaan laut dan merupakan daerah resapan air bagi DKI Jakarta. Secara topografis wilayah ini perlu dikendalikan dan direncanakan pembangunannya sehingga tidak mengancam ketersediaan air bagi wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan Informasi dari Rakyat Merdeka Online bahwa Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok Tata Djumantara mengatakan hasil sensus penduduk menunjukkan meningkatnya kepadatan penduduk kota setempat, semula 1,5 juta menjadi 1,7 juta jiwa. Peningkatan yang terjadi bukan disebabkan karena tingginya angka kelahiran, melainkan adanya pendatang dari luar daerah Kota Depok..

Padatnya penduduk mungkin dikarenakan orang-orang sudah mulai melihat bahwa tinggal di Depok sudah cukup mudah mendapatkan berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, tempat hiburan, layanan transportasi dan berbagai fasilitas umum lainnya. Karena hal ini, maka banyak orang yang memutuskan untuk tinggal di kota ini.

Masalah yang cukup kompleks adalah kemacetan yang sering terjadi di Kota Depok. Kemacetan tidak lepas dari tanggung jawab kita semua sebagai warga. Namun, pemerintah Depok hendaknya memperhatikan masalah ini secara serius karena banyaknya penduduk Depok yang notabene mencari nafkah di Kota Jakarta dan sekitarnya mengeluhkan masalah kemacetan yang terjadi ketika mereka keluar dari rumahnya. Hal itu menyebabkan terlambat sampai pada tujuan yang mereka tuju.

Banyak kalangan yang berasumsi tentang masalah kemacetan di Kota Depok diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang keluar masuk kota Depok. Kemudian tidak tertibnya para pengguna jasa angkutan umum yang sering berhenti di tengah jalan dan mencari penumpang di tengah jalan. Dan hadirnya pusat perbelanjaan yang semakin merajalela di kota Depok. Kiranya Pemkot Depok telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kemacetan tersebut.

Saat ini jalan margonda Depok sudah diperlebar, ini sedikit membantu untuk masalah kemacetan. Tapi hal ini apakah tidak mengganggu sistem penyerapan air tanah. Karena jika hujan besar, semakin banyak perumahan yang terkena banjir.

Dan hadirnya pusat perbelanjaan di Kota Depok. Dengan berbagai mal yang dibangun disini, banyaknya angkutan umum dan padatnya penduduk membuat kota ini terlihat semakin sumpek.

Dari informasi yang saya dapat bahwa masalah persampahan di Kota Depok yang sangat tinggi. Dinas Kebersihan dan pertamanan kota Depok hanya dapat melayani 40% dari total seluruh timbunan sampah. Kemudian masalah air bersih yang hanya mencakupi 54,26% dari keseluruhan kebutuhan warga.

Menurut saya tidak masalah seberapa banyak penduduk yang tingal di kota ini, asalkan warga dapat bekerja sama untuk menjaga alam yang untuk tetap dirawat. Mungkin Pemda Depok mengadakan penghijauan kota, jangan hanya bisanya membangun mall, apartemen dan perumahan saja.

Tapi semua itu kembali ke diri manusianya masing-masing, contohnya seperti membuang sampah sembarangan. Walaupun sepele tapi ini hal yang bisa berdampak buruk bila dilakukan. Jika ada 1 manusia membuang sampah sembarangan dan warga Depok saat ini kurang lebih 1,7 juta. Bila ada setengah penduduk yang buang sampah sembarangan, maka aka nada 8,5 juta sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Bayangkan jika hal tersebut terjadi setiap hari.

Sebagai warga Depok hendaknya kita bersatu membangun kota ini menjadi kota yang aman, nyaman, tertib, santun dan bersih.

Sejarah Singkat Kota Depok
Kota Depok dahulu merupakan sebuah dusun terpencil di tengah hutan belantara, yang kemudian pada tanggal 18 Mei 1696 seorang saudagar Belanda eks VOC bernama Cornelis Chastelein membeli tanah di kawasan Depk seluas 1224 hektar dengan harga 70o ringgit. Selain di Depok ia juga membeli tanah di Jatinegara, Kampung Melayu, Karang Anyer, Pejambon Mampang dan khusus tanah Depok bersifat tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan Belanda.

Sebagai tuan tanah partikelir, Chastelein berhak mengurus tanahnya dan memerintah sesuai dengan garis kebijaksanaan yang ditetapkannya sendiri. Dan ia memang menyiapkan dengan sirus pemerintahannya yang sekarang digunakan sebagai rumah sakit harapan yang terletak di jalan Pemuda.

Dengan mengerahkan 150 orang budak yang ia dapat dari kawasan Indonesia Timur (kalimantan, sulawesi, Bali dan sedikit Betawi). Ia menetapkan cukai sebesar 20% dari setiap panen padi yang berlangsung.

Rupanya Chastelein berhasil membangun Depok sampai awal abad 20. Suasana Depok memang asri, iklim sejuk dengan hamparan sawah di sana sini. Pohon babmbu merumpun dan jalan berbatu nampak bersih. Selanjutnya tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk Pemerintahan dan Presiden sendiri.

Keputusan tersebut berlaku sampai 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden sebagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekuasaannya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha namun hapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya. Bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung yang meliputi 21 Desa, pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun dan berkembang terus yang akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota Administratif Depok yang peresmiannya diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud).

Selama kurun waktu 17 tahun kota Administrasi Depok mengalamai penggantian kepemimpinan.

Topografi
Luas Wilayah : 20.504,54 Ha (200,29 Km).   

Penamaan Kota Depok
Banyak kalangan yang bingung dengan asal muasal Kota Depok. Ada yangmengatakan kata padepokanlah asal dari kata Depok. Kenapa? Karena menurut sejarah singkat KotaDepok dulu di Depok merupakan padepokan para pejuang Pajajaran yang kala itu berseteru dengan Banten dan Cirebon.

Menurut sesepuh asli Depok, kata Depok bisa berart pemukiman yang dapat dibanggakan atau berasal dari De Volk.

Ada juga yan mengatakan bahwa Depok merupakan singkatan dari De Everste Protestante Organisatie van Kristenen yang dibuat oleh Chastelein.

Namun pendapat-pendapat di atas disanggah oleh H. Nawawi Napih, seorang warga Depok asli yang sejak 1991 mengadakan penelitian membantah “Depok baru Dikenal” sejak masa Cornelis membangun perkebunan di sini.

Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh H. Bahrudin Ibrahim dalam tulisannya di dalam buku “Meluruskan Sejarah Depok”. Ia mengutip cerita Abraham van Riebeeck ketika pada tahun 1703, 1704 dan 1709 mengadakan ekspedisi menyusuri sungai Ciliwung melalui rute Batavia – Cililitan – Tanjung Barat – Seringsing (srengseng) – Pondok Cina – Depok – Pondok Pucung (terong).

Jadi sampai sekarang masih rancu tentang asal muasal nama Kota Depok.

Peninggalan Chastelein
Selama masa hidupnya Chastelein meninggalkan beberapa bangunan sejarah antara lain:
1.Gereja Immanuel lokasi di jalan Pemuda Depok
2.Rumah Sakit Harapan (dahulu ada kantor pemerintahan Chastelein) lokasi di jalan Pemuda Depok
3.Rumah Cornelis Chastelein sendiri yang sekarang menjadi kantor Yayasan Cornelis Chastelein
4.Serta bangunan-bangunan para pengikut Chastelein di Depok berjumlah + 120 namun sekarang hanya ada 45 yang asli dan yang lainnya sudah direnovasi

Referensi:
Republikaonline.com
http://www.pacific.net.id/~nurfauzi/DEPOK.HTM
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar